Jumat, 15 Oktober 2010

TUNGGU AKU DI SURGA


            Aku Gemetar saat memasuki gang rumah Rossa. Bunga – bunga raksasa tertata rapi di kiri kanan jalan gang masuk rumah kamu. Banyak orang lalu ilalang dihadapku dengan tetes air mata? Padahal aku lewat jalan ini juga. Ada apa dengan aku? Apa hatiku sudah mati? Tidak merasakan kepedihan mereka? Apa air mataku sudah kering karena telah tertumpah tadi pagi? Apa karena Rossa selalu di hatiku sehingga dia menyeka air mataku karena karena dia tak ingin lihat aku menangis? Apa dia merasa masih ada di hidupku sehingga dia tersenyum manis yang mambuat aku tersenyum pula. Ach gila ini semua, masak aku tersenyum disaat seperti ini?
            Rumah Rossa ada di depan mata aku, orang – orang ramai disana. Alunan merdu ayat – ayat Al – Qur’an terdengar. Aku lihat wajah pucatmu tersenyum manis dan bahagia kenapa kamu tertidur disana? Kenapa kamu tak menyambut aku? Kenapa kamu terdiam Rossa
jawab aku rossa! Kenapa kamu berubah begitu dingin sama aku sa? Apa kamu sudah gak sayang lagi sama aku Rossa. Tega banget kamu sa. Aku kamu acuhin macam begini. Apa salahku sama kamu sa? Rossa ...... Jawab aku sekali lagi!
            Emosiku sudah tak terbendung lagi. Batinku berperang dengan pandanganku sekarang ini. Rossa terdiam tanpa pedulikan aku. Dia membiarkan air mataku terjatuh padahal dia sudah menyekanya. Kenapa kamu ingkari kata – kata kamu bahwa kau ingin selalu menghapus air mataku Rossa? Kamu bohong sam aku Rossa. Aku tidak percaya kau begeni Rossa. Dasar tukang bo’ ong Rossaku.
            Fotomu aku bawa menuju tempat terakhir kamu akan istirahat. Sebagai bukti bahwa kamu masih ada di kehidupan kami Rossa. Jangan diam begitu terus Rossa. Ayo .... jalan jangan bagai selir raja Rossa, yang diangkut begitu. Aku tidak suka kamu manja seperti ini. Aku tidak suka kamu tak mendengar aku Rossa!!

tentunya kamu tak maukan masuk dalam situ? Disana gelap Rossa tak ada teman yang menemani apa kamu mau Rossa? Tidak kan? Maka dari itu buka mata kamu Rossa ayo....buka. Rossa kenapa kamu jauh di bawah sana dan aku dikekang oleh orang – orang aku Rossa. Rossa kamu tertimbun apa tidak sakit Rossa. Kamu merasakan tidak Rossa?? Tolong Rossa dengar kata hatiku aku ingin kamu bangun Rossa.
            Aku terjatuh di pusaranmu tapi kamu tak pernah ku lihat lagi Rossa jika aku terjatuh kamu selalu membangkitkan aku Rossa. Kenapa sekarang tidak Rossa? Aku lemah karenamu Rossa. Biasanya aku kuat gara – gara kamu ada di sini Rossa. Lihat aku disini Rossa aku sendiri. Apa kamu tidak kasihan sama aku Rossa. Padahal jika aku kesepian kamu datang padaku, kenapa sekarang kamu malah pergi jauh disana Rossa? Apa kau tak mengerti aku lagi Rossa .....
* * *

bisa balas bales jeritan kamu. Tapi sekarang aku disini untukmu. Emuach ...... ” Rossa ada di sampingku saat kurasakan kecupannya mendarat di keningku.
            ” Rossa jangan pergi lagi aku sayang sama kamu. Apa kamu tega aku sendiri Rossa? Tidak kan? ” kugenggam erat tangan Rossa tanpa ingin melepaskannya lagi. Tapi tak ku sangka Rossa yang melepaskan tangannya dari genggamanku.
            Rossa berjalan mundur menjauhi aku. Melepaskan genggamannya perlahan demi perlahan dan tersenyum manis tapi senyuman itu hilang seketika. Aku terkaget keringat dinginku menempel di sekujur tubuhku. Ternyata aku hanya mimpi. Aku harus terima kenyataan ini Rossa telah pergi. Harus......
            Aku melangkah ke kamar mandi mencoba menghilangkan beban aku. Ku dandan sebaik mungkin untuk menutupi kepedihanku. Agar aku terlihat sempurna dan bahagia di luar sana walaupun hatiku menjerit. Kusambar tas yang masih tergeletak di kursi semenjak 2 hari kemarin tak pernah aku sentuh. Sekarang aku harus membawanya kembali.
            Ku lalui koridor – koridor kampus aku. Banyak anak – anak yang memandang aku penuh tanya. Aku tak peduli semua itu, pasti mereka ikut bersedih atas kepergian Rossa. Bodo banget sih mereka itu. Rossa masih hidup di hatiku kok. Jadi kenapa menatap aku penuh iba begitu. Gak pengaruh buat aku sikap kalian.
            Akhirnya aku sampai di kelas aku. Aku masih terpatung didepan pintu masuk. Hatiku tak kuat melihat teman – temanku duduk melamun, termangu tanpa jelas begitu. Aku tahu mereka kehilangan Rossa tapi kenapa harus diperlihatkan seperti ini kasihan Rossa, dia pasti sedih juga melihat teman – temannya bersedih. Aku berani melangkahkan kaki walaupun sangat berat sekali. Aku menatap mereka yang juga terbalik menatap aku.

disini untuk mengajak kalian. Bahwa Rossa ada di hatiku dan hati kalian. Jangan jangan pasang hati yang gelap donk ..... Rossa gak akan terima kalian begini ” Anak – anak mulai menghapus air matanya. Mereka mungkin tahu perasaanku, perasaan Rossa dan perasaan masing – masing juga.
            Aku tersenyum simpul melihat kemenanganku menyadarkan mereka semua. Rossa terima kasih telah membantu aku. Terima kasih telah membuat aku percaya sama diri aku lagi Rossa.
* * *
            ” Rossa sebagai tanda terima kasih aku bawa seikat mawar merah yang cantik seperti wajah kamu yang selalu menghiasi hari – hariku Rossa.

juga sama seperti aku Rossa ” kuletakkan bunga ini di dekat Pusara Rossa. Jalan yang kutempuh begitu penuh dengan rintangan. Apa kamu tak mengijinkan aku meninggalkanmu Rossa? Sehingga kamu kirim rintangan – rintangan ini buat aku Rossa. Ayolah Rossa ...... lepaskan aku.
            Ternyata Rossa baik hati dia melepasku. Jauh dan jauh darinya. Ech tidak! Rossa menggandeng tangan aku, dia tersenyum bahagia banget. Centil banget geliatan tubuhnya di pundakku. Dasar Rossa kalau sudah manja tak ketulungan.
            Aku dan dia menerobos ruang – ruang yang pengap menuju cahaya yang kami lihat di ujung jalan ini. Senja itu memanggil kami, Aku dan Rossa tak ingin ketinggalan fenomena ini kami berlari kencang – kencang sekali.

mungkin kamu ingin main petak umpet sama aku. Biar kamu tertipu aku bubu saj disini capek aku Rossa. Met senja Rossa ......
* * *
            ” Tyo, aku datang lagi. Aku bahagia sam kamu tyo, aku percaya sama kamu tyo. Cintaku juga takkan pernah mati buat kamu walaupun aku telah tiada Tyo. Aku cuma memohon kamu agar selalu bahagia Tyo. Baik – baik sayang ..... ” Rossa berlutut dihadapanku sambil menggenggam tanganku dan menciumnya.
            Aku marah sama Rossa karena dia menangis dihadapku? Padahal Rossa pernah bilang kalau dia tak bakal keluarin air mata dihadapanku. Rossa kamu bahagia atau sedih disana. Pastinya aku yakin kamu bahagia. Apa yang membuat kamu begini? Apa kamu khawatir sama aku Rossa? Janganlah Rossa aku seperti kata – katamu bahwa aku baik – baik disini Rossa.

ku bisikkan kata cinta padanya. Bahagianya diriku melihat dia kembali tersenyum. Akupun ikut tersenyum.
            ” Rossa tidak selamanya dengan Tyo. Jadi Tyo akan menyusul Rossa Tunggu Tyo di surga Rossa. Karena kita akan hidup bahagia disana. Bukan di dunia yang fana ini Rossa. Cinta kita akan kekal abadi untuk selamanya tanpa pernah mati. ”
            Aku mendirikan Rossa dari simpuhannya. Aku memeluknya, mendekapnya penuh kehangatan.
            Rossa aku cinta kamu
            Cinta ini akan jadi cerita



Madiun, 28 Maret 2010
Inspirasi :
Terima kasih kepada
Tarzan Boys ” Tunggu Aku Di Surga ”